Premix beroktan 90 untuk menjembatani disparitas harga yang tinggi antara Premium dan Pertamax. (VIVAnews/Anhar Rizki Affandi)
VIVAnews - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengusulkan adanya bahan bakar minyak (BBM) Premix beroktan 90 untuk menjembatani disparitas harga yang tinggi antara Premium dan Pertamax.
Terhitung sejak 1 April 2012, Pertamina menetapkan harga eceran BBM non subsidi naik rata-rata Rp500 per liter. Di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Pondok Indah, harga Pertamax dipatok sebesar Rp10.200 per liter.
Harga Pertamax tersebut lebih dari dua kali lipat dibandingkan harga BBM bersubsidi jenis Premium. Harga BBM ini ditetapkan pemerintah bertahan di level Rp4.500 per liter.
Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina, Mochamad Harun, menjelaskan bahwa Pertamina bisa saja mencampur antara Premium dan Pertamax untuk menjadi BBM beroktan 90. Namun, disparitas harganya masih terlalu tinggi.
"Hanya berbeda Rp200 per liter dari Pertamax," kata dia saat ditemui di Jakarta, Rabu 4 April 2012.
Untuk itu, Harun mengusulkan, lebih baik pemerintah memberikan insentif seperti dengan cara menghilangkan pajak bahan bakar minyak.
"Bayangkan, kalau Rp10.000 dikurangi Rp1.500, jadi harganya jadi Rp8.500. Tetapi, apa mau pemerintah menghilangkan pajak itu," katanya.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo mengusulkan adanya BBM Premix beroktan 90. Lengkapnya, silakan buka tautan ini. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar